Koneksi Antar Materi 1.4 : Budaya Positif
Perkenalkan, saya Syahrul Anwar, CGP Angkatan 11. Pada kesempatan kali ini, saya akan memaparkan koneksi antar materi modul 1.1 tentang filosofi pemikiran Ki Hajar Dewantara, modul 1.2 tentang nilai dan peran guru penggerak, modul 1.3 tentang visi guru penggerak, dan modul 1.4 tentang budaya positif. Narasi tentang koneksi antar materi ini dipandu dengan pertanyaan yang tercetak tebal sebagai pertanyaan pemantik. Simak dengan baik pemaparannya berikut ini:
Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari?
Dalam modul-modul ini, saya memperoleh banyak wawasan baru mengenai konsep-konsep seperti disiplin positif, teori kontrol, motivasi, serta pentingnya posisi kontrol guru dan keyakinan kelas. Sebelum mengikuti pelatihan ini, saya cenderung menggunakan pendekatan kontrol yang lebih otoriter, seperti posisi "penghukum", dalam mengelola kelas. Namun, setelah mendalami modul ini, saya mulai memahami betapa pentingnya seorang guru berperan sebagai "manajer" yang membimbing siswa untuk mengembangkan disiplin diri.
Pemahaman baru ini membuka mata saya akan pentingnya memperlakukan siswa sebagai individu yang mampu mengatur dirinya sendiri, jika diberikan kesempatan dan bimbingan yang tepat. Konsep keyakinan kelas juga menjadi salah satu yang menarik bagi saya, karena berbeda dari sekadar aturan yang dipaksakan. Keyakinan kelas adalah kesepakatan bersama yang dipatuhi dengan kesadaran, bukan karena paksaan.
Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda?
Perubahan terbesar yang saya alami setelah mempelajari modul ini adalah cara pandang saya terhadap peran guru dalam pembentukan karakter siswa. Saya menyadari bahwa budaya positif harus dimulai dari diri guru, dengan memberikan contoh nyata dan konsisten. Sebelumnya, saya mungkin lebih fokus pada pemberian hukuman sebagai cara untuk menegakkan disiplin. Namun, saya kini melihat bahwa mendisiplinkan siswa melalui pendekatan positif dan reflektif jauh lebih efektif dan memberikan dampak jangka panjang.
Sekarang, saya berusaha untuk lebih banyak berperan sebagai manajer yang memfasilitasi, bukan mengontrol secara ketat. Saya juga lebih menyadari pentingnya memahami kebutuhan dasar siswa dan mendukung mereka untuk menemukan solusi atas masalahnya sendiri, alih-alih langsung memberikan hukuman.
Pengalaman apa yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep ini?
Salah satu pengalaman paling signifikan yang saya alami adalah ketika mencoba menerapkan segitiga restitusi dalam menangani masalah di kelas. Sebelumnya, saya cenderung langsung memberikan sanksi tanpa melakukan langkah-langkah reflektif yang dianjurkan. Namun, setelah memahami konsep ini, saya mulai mencoba untuk menstabilkan identitas siswa terlebih dahulu, kemudian memvalidasi tindakan yang salah, dan akhirnya mengajak mereka untuk merenungkan keyakinan yang telah disepakati.
Hasilnya sangat positif. Siswa mulai menunjukkan perubahan dalam cara mereka mengatasi masalah, lebih bertanggung jawab atas tindakan mereka, dan lebih memahami dampak dari perilaku mereka. Hal ini membuat saya semakin yakin bahwa pendekatan budaya positif ini tidak hanya penting, tetapi juga sangat efektif.
Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?
Saya merasa sangat termotivasi dan optimis dengan perubahan ini. Mengubah pendekatan dari "penghukum" menjadi "manajer" memang tidak mudah dan membutuhkan proses adaptasi, baik dari pihak saya sendiri maupun dari siswa. Namun, perasaan puas dan bangga muncul ketika melihat siswa mulai berubah, bukan karena takut hukuman, tetapi karena mereka memahami nilai dari perilaku positif.
Perasaan ini juga menantang saya untuk terus belajar dan memperbaiki cara saya dalam mengelola kelas. Saya merasa lebih tenang dan lebih percaya diri dalam menjalankan peran sebagai guru yang mengedepankan nilai-nilai positif.
Apa saja yang sudah baik dan perlu diperbaiki?
Sekolah saya sudah cukup baik dalam menerapkan beberapa aspek budaya positif, seperti adanya kegiatan rutin yang mendukung nilai-nilai kebajikan. Namun, saya melihat masih ada ruang untuk memperbaiki beberapa aspek, terutama dalam hal sosialisasi keyakinan kelas dan peran serta guru dalam mengedepankan pendekatan yang lebih humanis.
Kedepannya, saya ingin lebih fokus pada peningkatan pemahaman seluruh warga sekolah, baik guru maupun siswa, mengenai perbedaan antara aturan yang bersifat memaksa dan keyakinan yang tumbuh dari kesadaran bersama. Saya juga berencana untuk terus memperbaiki cara saya dalam memposisikan diri sebagai "manajer" yang mendukung pertumbuhan karakter siswa.
Rancangan Tindakan Untuk Aksi Nyata
Judul Modul: Menumbuhkan Budaya Positif

Latar Belakang:
Budaya positif merupakan manifestasi dari keyakinan dan kesepakatan di dalam kelas maupun sekolah. Guru berperan penting dalam membimbing siswa agar dapat menjalankan kemerdekaan dalam belajar. Nilai-nilai positif sangat diperlukan untuk membentuk karakter Pelajar Pancasila melalui contoh nyata dan pembiasaan yang konsisten di sekolah.
Tujuan:
Menumbuhkan budaya positif di kelas dan sekolah dengan menanamkan nilai-nilai kebijakan universal, sehingga siswa memiliki karakter Pelajar Pancasila.
Tolok Ukur:
- Pelaksanaan keyakinan kelas oleh siswa tanpa paksaan.
- Kesadaran diri untuk melakukan budaya positif di manapun.
- Dukungan dan motivasi dari kepala sekolah, rekan guru, serta orang tua atau wali siswa.
Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan:
- Meminta izin kepada kepala sekolah untuk melakukan praktik baik mengenai budaya positif kepada rekan guru.
- Berdiskusi dengan rekan guru untuk memberikan pemahaman budaya positif.
- Membuat keyakinan kelas.
- Membimbing refleksi dan evaluasi keyakinan kelas yang telah dibuat.
- Memberikan contoh tindakan positif yang konsisten sehingga menjadi budaya.
- Menerapkan nilai-nilai yang mencerminkan perilaku Pelajar Pancasila.
Dukungan yang Dibutuhkan:
- Kepala Sekolah.
- Rekan Sejawat.
- Siswa.
- Sarana dan Prasarana.
Komentari Tulisan Ini
Kepala Sekolah
Muhamad Ali, M.H.I.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memeberikan rahmat dan rizki kepada kita semua Alhamdulilah dengan izin Allah, SMK ISLAM…

